Senin, 25 Mei 2009
Solusi Atasi Rasa tidak Puas di Tempat Kerja
Tetapi jika rasa tidak puas Anda sudah dalam tahap berlebihan, dalam arti Anda tidak pernah mensyukuri apa yang telah Anda raih, inilah yang patut diwaspadai! Karena rasa tidak puas yang berlebihan akan membuat Anda takabur dan selalu mengingkari nikmat atas hasil yang telah Anda peroleh.
Tetapi memang fenomena orang sukses belakangan ini adalah selalu merasa tidak puas, walaupun sudah memiliki kedudukan bagus, gaji besar, keluarga yang harmonis, dan materi berkecukupan, tapi selalu saja ada yang kurang. Anda selalu memandang bahwa banyak orang lain yang lebih sukses. Dan Anda yang tak pernah merasa puas selalu ingin melebihi orang lain itu. Seakan semua yang sudah diperoleh tidak ada artinya. Jika Anda terus menerus dihantui rasa tak puas, bisa saja Anda mengarah pada tindakan yang negatif. Anda akan melakukan apa saja dan bisa jadi Anda akan menghalalkan segala cara demi mencapai kesuksesan yang melebihi orang lain.
Rasa tak puas Anda sebenarnya dipicu oleh rasa iri dengan kelebihan orang lain. Jika Anda biarkan, Anda hanya akan menjadi pesakitan yang selalu 'ingin lebih' dari orang lain. Sebelum rasa tidak puas Anda semakin parah, segera stop rasa tidak puas dari dalam diri Anda! Bagaimana caranya? Mulailah dengan menganalisa diri Anda sendiri, dengan menjawab berbagai pertanyaan untuk diri Anda sendiri. Apa saja yang telah Anda peroleh selama ini? Dan apa saja yang tidak Anda peroleh dari hal yang Anda inginkan? Apa saja kelebihan Anda dan apa yang dapat Anda lakukan dengan kelebihan Anda?
Dengan menjawab pertanyaan tersebut secara jujur, Anda akan menyadari bahwa setiap manusia selalu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang juga patut Anda sadari, bahwa setiap orang memiliki standar 'kepuasan' yang berbeda-beda. Ada yang merasa puas dengan hanya menjadi karyawan biasa. Ada pula yang merasa tidak puas walau sudah menjadi Presiden Direktur.
Nah Anda yang dipandang orang lain sukses namun merasa belum puas, merasa belum sukses dan merasa belum berhasil, berarti Anda telah mengaburkan realitas. Dan orang yang mengaburkan realitas artinya tidak bisa menghargai jerih payah yang telah Anda lakukan. Untuk mengatasi rasa tidak puas Anda adalah dengan berpikir bahwa apa yang sudah Anda dapatkan sepadan dengan apa yang Anda kerjakan. Dengan demikian Anda bisa menghargai dan menyukuri apapun yang Anda miliki serta mensyukuri apapun yang telah Anda dapatkan. Sehingga Andapun lebih menghargai kerja keras Anda.
Selain itu jangan selalu memandang ke atas, artinya jangan hanya memandang orang-orang yang lebih sukses dari Anda. Sesekali Anda perlu memandang ke bawah, agar Anda menyadari bahwa apa yang Anda peroleh saat ini merupakan nikmat yang luar biasa. Karena di bawah sana ternyata masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung Anda. Siapa tahu rasa syukur Anda akan diwujudkan dengan membantu mereka. Kemudian, sugestilah diri Anda bahwa apa yang Anda peroleh merupakan hal terindah dalam hidup Anda. Nah, Anda yang selalu merasa tidak puas stop deh rasa tidak puas Anda dengan banyak-banyak mensyukuri apa yang telah Anda peroleh.
Toh banyak bersyukur bukan berarti tidak berusaha untuk mencapai yang terbaik, bukan? Justru kemampuan Anda dalam mengendalikan rasa tidak puas merupakan salah modal penting dalam meniti karir. Apakah Anda termasuk orang yang selalu merasa tidak pernah puas? Moga-moga artikel di atas bermanfaat bagi Anda!
Siapkan Amunisi Sebelum "Bertempur" Dengan Perusahaan
Muasalnya, kantor adalah wadah sekumpulan orang dengan latar belakang beragam. Bagaimana mungkin Anda dan mereka bisa hidup berdampingan dalam mencapai suatu target bersama tanpa pernah menimbulkan masalah atau konflik?
Akan tetapi, seorang profesional seharusnya memiliki sikap hati-hati dalam menghadapi bertumpuknya masalah. Ia seharusnya mempertimbangkan banyak hal sebelum "berteriak" bahwa ada masalah di kantor berkenaan dengan kebijakan manajemen dan aturan lainnya.
Sebagaimana ditulis Bob Rosner dalam wsj.com, seorang profesional perlu memperhatikan keseimbangan antara keberanian dan integritas diri. Di kebanyakan perusahaan, Rosner mengingatkan,"Jika Anda benar-benar melakukannya, maka hal tersebut akan berpengaruh negatif bagi kelanjutan karir Anda."
Pernyataan tersebut bukanlah tanpa fakta. Mirip peristiwa di berbagai belahan dunia, banyak pemimpin dan pelaku demonstrasi buruh di beberapa kota di Indonesia bernasib buruk. Misalnya, dengan alasan melalaikan tugas atau kesalahan lain, mereka terkena pensiun dini, beberapa tahun setelah aksi demonstrasi.
Oleh karena itulah, Rosner mencoba mengajukan beberapa pertanyaan yang akan membantu dalam menetapkan pilihan tindakan Anda:
* Apakah Anda punya amunisi yang memadai?
Setiap "pertempuran" dengan pihak perusahaan akan cenderung berlangsung secara tidak fair. Mereka memiliki uang dan pengacara yang mencukupi untuk menghadapi Anda di pengadilan. Jadi, pastikan bahwa diri Anda memiliki bukti yang kuat mengenai tindakan salah yang mereka lakukan sebelum Anda memasuki gelanggang "pertempuran."
* Sudahkah Anda pelajari masalahnya secara mendalam?
Jika atasan Anda mengatakan bahwa tidak ada yang dapat dia lakukan mengenai masalah tersebut, cobalah untuk berbicara dengan orang lain. Atasan dari atasan Anda atau pihak departemen sumber daya manusia bisa menjadi pilihan yang baik. Memeriksa pilihan yang ada sebelum membuka masalah tersebut di depan publik merupakan sebuah langkah yang efektif dan aman.
* Dapatkah Anda menggunakan jalur anonim dalam menyampaikan masalah Anda?
Perusahaan, menurut berbagai penelitian, diketahui tidak menyukai karyawannya yang dianggap menimbulkan "masalah". Bacalah panduan perusahaan mengenai peraturan dalam menyampaikan komplain Anda. Hal ini penting untuk memastikan ada atau tidaknya jalur anonim dalam buku panduan cara menyampaikan komplain.
* Perhatikan dengan seksama jika isu yang berkembang juga menjadi perhatian pihak luar.
Isu yang memiliki implikasi yang luas bagi banyak orang bisa memicu munculnya penelitian dari pihak luar. Isu seperti ini bisa menjadi perhatian media atau aparat berwenang.
* Apakah Anda memiliki perlindungan hukum?
Sebelum membeberkan permasalahan di perusahaan Anda, telitilah kebijakan perusahaan dan negara serta hukum yang berlaku mengenai perlindungan terhadap karyawan. Sedikit penelitian di perpustakaan tentu dapat membantu Anda.
* Apakah Anda siap menghadapi tindakan balasan?
Sebuah studi menunjukkan bahwa 99 dari 100 karyawan yang memprotes kebijakan perusahaannya menghadapi tindakan balasan dari perusahaan, seperti kehilangan pekerjaan, rumah, dan lain-lain. Jadi, sebelum bertindak, bicaralah dengan orang yang dekat dengan Anda. Pastikan bahwa mereka akan setia kepada Anda jika masalah tersebut menjadi runyam.
Perbedaan pandangan dan kepentingan antara pihak karyawan dan manajemen bukanlah suatu hal yang perlu dibesar-besarkan. Selama kepentingan itu ada, maka terbuka pintu kemungkinan untuk terjadinya perbedaan pemahaman dan munculnya kecurigaan.
Interaksi yang sehat dan dalam rentang waktu yang memadai akan membantu terwujudnya kepercayaan yang makin lama akan makin menguat dan menguntungkan kedua belah pihak. Komunikasi yang terbuka dan jujur bisa menjadi jembatan solusi yang mampu menyelesaikan masalah yang timbul dengan bermartabat dan bermanfaat.
Pemicu Rasa Bosan di Kantor
Emang sih rasa bosan, jenuh, boring dan sejenisnya adalah hal yang sangat manusiawi melanda para pekerja atau siapapun. Rasanya aneh juga kalau hidup ini nggak pernah merasa bosan. Tetapi penyebab kebosanan itu sendiri pada tiap orang sangat individual sifatnya. Sehingga kadar kejenuhan pada tiap orang pun berbeda. Berikut ini adalah beberapa hal yang memicu kebosanan di kantor:
Beban kerja menumpuk
Beban kerja yang menggunung melebihi kapasitas memang bisa bikin anda 'senewen'. Kalau anda nggak mampu meng-handle, kepala rasanya mau pecah. Tambah bete lagi kalau beban kerja anda yang berat itu nggak sebanding dengan beban kerja rekan-rekan satu divisi yang jauh lebih ringan. Rasanya mau marah dan teriak. Ketika kondisi ini sudah sampai pada puncaknya anda akan terseret pada rasa bosan yang amat sangat.
Banyak tuntutan
Banyaknya tuntutan kerja tanpa deskripsi yang jelas juga bikin anda 'keder'. Akibatnya anda bingung darimana dan bagaimana cara menyelesaikannya. Kalau kondisinya begini terus menerus, sudah bisa ditebak lama-lama anda akan bosan.
Sering gagal
Rasanya ungkapan yang mengatakan 'kegagalan adalah sukses yang tertunda' adalah hiburan belaka bagi anda yang sering kali gagal. Padahal kalau gagal terus menerus kapan suksesnya? Jenuh juga kan kalau setiap tugas yang anda kerjakan selalu ditolak dan nggak pernah dianggap bener oleh bos? Akibatnya anda akan 'down' dan boring banget di kantor.
Nggak sempet refreshing
Saking banyaknya kerjaan seringkali mengharuskan anda 'lembur'. Bahkan di hari libur seperti Sabtu dan Minggu dimana seharusnya anda beristirahat pun anda mesti masuk untuk menyelesaikan tugas. Tahu nggak, kerja terus menerus seperti ini sampai anda nggak bisa refreshing sama sekali adalah penyebab rasa bosan yang akut. Lagian siapa juga sih yang tahan capek terus-menerus? Kalau capek lalu refreshing sih masih mending, rasa jenuh dan bete bisa ilang seketika. Tapi kalau saking sibuknya sampai anda nggak bisa refreshing, yang ada cuma rasa lelah dan jenuh yang berkepanjangan.
Nah sekarang coba deh deteksi apa penyebab kejenuhan anda di kantor. Dengan mengetahui penyebabnya, tentu anda bisa dong mengatasinya. Jangan cuma bisa sedih, stres, dan manyun aja. Soalnya kalau cuma pasrah, rasa bosan anda bisa berlanjut pada tahap 'kelelahan mental'. Makanya bangkit dan enyahkan jenuh anda itu. Caranya terserah, toh anda sudah tahu pasti bagaimana cara yang tepat untuk mengusir rasa bosan. Kalau rasa bosan sudah bisa diatasi, dijamin anda nggak feeling blue lagi deh.
Menjadi Karyawan yang Diperhitungkan
Kepandaian Anda dalam bekerja ternyata bukanlah satu-satunya jaminan bahwa Anda akan menjadi orang yang diperhitungkan dan berhasil dalam karir. Dibutuhkan strategi yang lebih dari sekedar pintar dan pandai menyelesaikan pekerjaan. Strategi tersebut adalah 'menonjolkan' kemampuan Anda. Coba Anda perhatikan, hanya orang-orang yang mampu menunjukkan dan menonjolkan kemampuannya lah yang bisa meraih sukses dalam karir.
Apalagi jika Anda bekerja di perusahaan besar, jika ingin ‘maju’ Anda harus pintar-pintar ‘menonjolkan’ kemampuan Anda. Karena, semakin besar perusahaan tempat Anda bekerja, umumnya semakin sulit untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan. Keberhasilan Anda di unit kerja, seringkali tidak cukup untuk menarik perhatian perusahaan secara khusus. Nah, hanya orang-orang yang ‘menonjol’ lah yang akan mendapat perhatian khusus dari perusahaan.
Untuk menjadi orang yang menonjol dan diperhitungkan caranya jangan hanya mengerjakan tugas-tugas khusus yang diberikan pada Anda. Memang, kadang akan lebih nyaman jika mengerjakan tugas khusus yang itu-itu saja dari hari ke hari. Karena Anda akan terhindar dari beban ekstra dan resiko kegagalan yang lebih berat. Tetapi bila ingin menonjolkan kemampuan, tentu saja sikap semacam ini harus segera dirubah. Untuk itu setiap kali ada kesempatan, jangan sia-siakan. Misalnya mencoba berpartisipasi dalam proyek-proyek khusus atau tugas apa saja yang dipantau langsung oleh pihak manajemen perusahaan, baik yang terlihat maupun tidak.
Kadang perusahaan memiliki proyek atau kegiatan yang ‘belum terjamah’ karena tidak ada yang bisa menanganinya, sehingga proyek itu tertunda sampai beberapa lama. Kalau ingin menonjolkan diri, tidak ada salahnya Anda mengajukan diri untuk menangani proyek tersebut. Tentu saja, Anda harus meyakinkan perusahaan bahwa Anda mampu mengerjakan dan menyelesaikan proyek itu. Kemudian Anda harus membuktikan keyakinan Anda dengan menunjukkan hasil kerja yang menggembirakan.
Contoh lainnya, Anda dapat mengusulkan metode atau prosedur kerja yang lebih baik tanpa menunggu perintah dari atasan. Bila telah selesai, jangan ragu untuk menunjukkan atau melaporkan hasil kerja Anda pada atasan atau kepada pihak manajemen. Dengan catatan tetap sesuai dengan prosedur di perusahaan. Jangan lupa untuk memperkuat laporan Anda dengan hasil nyata.
Selanjutnya jangan berhenti untuk mencari dan menerima tanggung jawab yang lebih besar! Konsekuensinya beban kerja Anda memang jadi lebih besar, tetapi beban kerja yang lebih besar tidak selalu berarti pekerjaan semakin banyak. Jumlah tugas Anda bisa jadi tetap sama, hanya bebannya yang lebih berat dari sebelumnya. Sehingga tanggung jawab Anda terhadap pekerjaan itu pun semakin besar. Selain itu jangan berhenti untuk meningkatkan peran dalam kelompok sampai akhirnya Anda dipercaya untuk mengepalai atau memimpin suatu proyek atau pekerjaan.
Selanjutnya ketika Anda telah menjadi orang yang menonjol dan diperhitungkan, jangan merasa menjadi satu-satunya orang yang paling unggul. Jangan menganggap bahwa Andalah yang ‘menang’. Jika Anda mengembangkan sikap ‘menang-kalah’ atau ‘unggul-tidak unggul’ sukses yang Anda raih tidak akan bertahan lama.
Sebaliknya, Anda akan banyak memiliki musuh dalam selimut. Anda harus bersikap lebih bijaksana bahwa betapapun penting dan beratnya tugas dan tanggung jawab Anda, tetap melibatkan rekan-rekan Anda. Anggaplah kebeberhasilan Anda menangani proyek untuk perusahaan merupakan kemenangan bersama.
Moga-moga artikel di atas bermanfaat bagi Anda dan sukses untuk Anda!
Tujuh Isyarat Akan Dipromosikan Bos
Tapi ada beberapa pertanda yang mengisyaratkan bahwa sebentar lagi bos akan segera segera mempromosikan Anda. Apa aja tuh? Simak deh tujuh isyarat penting di bawah ini:
Bos memuji di belakang Anda
Ada tipe bos yang tidak suka berterus terang memuji anak buahnya. Nah kalo teman Anda menyampaikan bahwa diam-diam bos suka memuji di belakang Anda, ada kans untuk naik jabatan. Biasanya bos yang seperti ini khawatir jika pujian yang dilontarkannya akan menyebabkan anak buahnya besar kepala. Sehingga ia lebih suka memuji di belakang punggung Anda.
Bos meminta Anda mengerjakan tugas senior
Bila tiba-tiba bos menugaskan Anda mengerjakan hal-hal sulit, yang seharusnya menjadi tugas senior, Anda boleh berbangga. Karena berarti bos mulai menyadari potensi Anda dan yakin bahwa Anda mampu mengerjakannya. Maka jangan mengeluh atau menyatakan ketidaksanggupan Anda. Terima dan hadapilah tantangan tersebut.
Bos mempercayakan tugas di saat kritis
Bila tiba-tiba Anda mendapat tugas darurat yang ternyata bisa menyelamatkan perusahaan, itu salah satu isyarat penting bahwa bos sangat yakin dengan kemampuan Anda. Dan jika Anda mampu menyelesaikannya nama Anda langsung masuk dalam daftar karyawan yang akan segera 'naik pangkat'.
Bos mendorong Anda melakukan pekerjaan lebih berat
Tak perlu cemas dengan tugas berat, karena sering kali kita tak mampu melihat kesanggupan diri pribadi. Sedang, bos sadar akan semua kelebihan anak buahnya. Sehingga ia berani menyerahkan tugas yang tidak bisa dianggap ringan pada salah satu anak buahnya.
Bos membiarkan Anda bekerja sendiri
Bila Anda harus bekerja seorang diri, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bos mengabaikan Anda. Inilah tanda bahwa bos sangat mempercayai Anda. Tidak hanya soal kepercayaan tetapi juga soal etika. Bukankah sangat tak nyaman bila saat bekerja bos mondar-mandir mengawasi Anda seperti seorang satpam yang siap memergoki maling?
Bos melibatkan Anda dalam kegiatan di luar
Anda bisa bangga bila diberi tugas mewakili perusahaan pada kegiatan di luar. Apalagi mewakili langsung bos Anda yang tak dapat hadir. Bila Anda mendapat tugas itu, berarti bos sangat menghargai keahlian serta karakter Anda. Ia dengan bangga memperkenalkan Anda sebagai kesatuan dalam tim kerjanya.
Bos memperhatikan kesejahteraan Anda
Bila Anda pernah menerima email dari bos Anda menanyakan soal kesejahteraan Anda dan kemudian dia memperjuangkannya secara diam-diam itu tandanya bos memperhatikan kesejahteraan Anda. Dan tentu saja perhatian ini bukan tanpa alasan. Bos merasa bahwa Anda layak mendapatkan kesejahteraan yang lebih karena potensi dan keahlian Anda.
Tujuh isyarat tersebut dapat membuka tabir rahasia bagaimana sesungguhnya sikap bos terhadap Anda. Ingat, sikap cuek, senyum sinis, kritikan atau kejutan pekerjaan dari bos, tidak harus berarti negatif. Yang penting Anda harus menyertakan ketulusan dalam menjalankan tugas, kerja keras dan dedikasi. Bila bos Anda memang seorang pimpinan yang hebat, dia pasti mengamati Anda dengan sejumlah rencana masa depan yang lebih gemilang. Nah jika Anda mengalami tujuh isyarat tersebut, siap-siaplah menyambut karir yang lebih oke!
Kesalahan Dalam Negosiasi Gaji
Tapi negosiasi gaji nggak bisa asal aja loh! Anda nggak bisa langsung meminta jumlah tertentu demi kepuasan diri sendiri, tanpa mempertimbangkan hal-hal lainnya. Ingat, negosiasi yang salah dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari. So, biar nggak salah langkah, sebelum negosiasi gaji, simak dulu beberapa kesalahan yang harus Anda hindari berikut ini:
- Meminta sejumlah gaji tanpa mengetahui standar gaji perusahaan
Sebelum Anda menyebutkan sejumlah angka, selidiki dulu berapa standar gaji di perusahaan tersebut. Dikhawatirkan jika Anda tidak mengetahuinya, Anda bisa saja menyebutkan angka jauh di bawah standar perusahaan, sehingga Anda akan menyesal karena ternyata dibanding rekan yang lain gaji Anda justru paling kecil. Sedangkan jika Anda menetapkan gaji jauh di atas standar perusahaan, dikhawatirkan perusahaan tidak dapat memenuhi tuntutan Anda dan akhirnya Anda malah tidak diterima sebagai karyawan.
- Tidak mengetahui berapa 'nilai' Anda sebenarnya
Asal menentukan gaji tanpa mengetahi bagaimana kualitas Anda sesungguhnya juga merupakan kesalahan besar. Kalau kualitas Anda biasa-biasa saja tetapi Anda menetapkan gaji yang besar tentu tidak comparable. Sebaliknya jika kualitas Anda bagus juga tidak comparable jika Anda menetapkan gaji yang rendah. So, agar Anda nggak 'kejeblos', ketahuilah kualitas dan kemampuan Anda barulah Anda dapat menentukan 'harga' yang sesuai dengan kualitas Anda.
- Menampilkan image yang tidak setaraf dengan gaji yang digesosiasikan
Maksudnya, Anda menentukan sejumlah angka yang cukup besar tetapi Anda tidak menampilkan sosok yang cerdas dan profesional. Penampilan yang seadanya serta pembicaraan yang tidak 'berbobot' tentu meragukan pihak pemberi kerja untuk memberi gaji yang besar pada Anda.
- Mengira pihak pemberi kerja adalah pengambil keputusan dalam negosiasi gaji
Keputusan jumlah gaji adalah kesepakatan kedua belah pihak. Jangan menyerahkan keputusan sepenuhnya pada pihak perusahaan. Namanya juga negosiasi, Anda juga ikut andil dalam pengambilan keputusan.
- Menegosiasikan gaji lewat telpon
Ini adalah suatu kebodohan. Selain tidak profesional, menegosiasikan gaji lewat telpon juga terkesan sangat tidak sopan. Bisa jadi kesepakatan yang Anda ambil tidak memuaskan, dibanding keputusan yang diambil secara face to face. Maka, jika pihak perusahaan menghubungi Anda lewat telepon untuk membicarakan gaji, tolaklah. Katakan bahwa Anda akan datang secara langsung untuk membicarakannya, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi di telepon.
Nah Anda yang dalam waktu dekat ini akan negosiasi gaji dengan perusahaan tertentu, hati-hati, jangan sampai Anda melakukan kesalahan tersebut. Sehingga Anda dan juga perusahaan sama-sama puas. Goodluck!
Minggu, 24 Mei 2009
MEJA KERJA DAN SIFAT ANDA
Lisa Kanarek, pengarang buku Everything’s Organized, membahas mengenai meja kantor yang bisa menyingkap sifat Anda sebenarnya pada si bos. Coba Anda simak tipe berikut:
Si bingung dan berantakan
Ciri-cirinya? Mejanya dipenuhi dengan majalah, memo-memo lama, dan surat yang belum dibuka.
Ini membuktikan bahwa si pemilik meja kadang kreatif, tapi Anda kelihatan tidak bisa diandalkan, mudah panik, dan tidak bisa membagi pekerjaan dengan baik.
Makanya, buruan bereskan meja Anda dengan mengaturnya menjadi lebih baik. Gunakan ordner untuk mem-file kertas-kertas yang berantakan di atas meja, tumpuklan kontainer khusus di lantai untuk materi proyek, dan pasanglah cork board supaya Anda bisa mengatur pekerjaan dengan lebih baik. Coba, bereskan meja Anda seminggu sekali, oke!
Si disiplin namun sedikit licik
Ciri-cirinya? Mejanya hampir kosong melompong. Hanya ada komputer, printer dan kalender di atasnya.
Ini membuktikan bahwa si pemilik meja serius, dan selalu terorientasi pada satu masalah. Orang tersebut kelihatan sudah didekati dan kurang memiliki sense of humor.
Makanya, buruan deh bereskan meja Anda dengan meletakkan foto keluarga di atas meja, atau kalender berwarna-warni, untuk menambah kehangatan pada meja dan kepribadian Anda.
Si periang namun sedikit galak
Ciri-cirinya?Telepon, peralatan menulis, dan semua barang yang ada di meja Anda, berwarna senada. Daftar pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini, selalu ditandainya. Biasanya dia menempelkan moto kerja, persis di sebelah papan memo.
Ini membuktikan bahwa si pemilik adalah penghibur orang sekantor, dan bisa diandalkan. Sayangnya, si pemilik meja tersebut terlalu konvensional dan kurang profesional.
Makanya, buruan deh, bereskan meja Anda dengan memajang buku-buku referensi dan benda seni yang menarik. Pokoknya apa saja yang membuat Anda kelihatan lebih serius, oke.
Nah, bagaimana dengan Anda sendiri? Serupakah meja kerja dengan kepribadian Anda?
KONTRIBUSI GURU BAGI PEMBANGUNAN DESA
Pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh bangsa dan negara kita berorientasi kepada kepentingan rakyat banyak. Dan rakyat banyak itu bermukim di daerah pedesaan. Data statistik (2000) menunjukkan, kurang dari 20% penduduk Indonesia bertempat tinggal di kota-kota, sedangkan selebihnya, atau lebih dari 80% hidup di daerah pedesaan. Mengingat demikian besarnya sumber daya manusia desa ini, ditambah dengan potensi sumber daya alam sebagian terbesar ada di kawasan pedesaan, serta dilihat dari strategi pertahanan dan keamanan nasional, maka sesungguhnya basis pembangunan nasional adalah di pedesaan.
Keberhasilan pembangunan pedesaan pada gilirannya berarti keberhasilan pembangunan nasional. Sebaliknya, ketidakberhasilan pembangunan pedesaan berarti pula ketidakberhasilan pembangunan nasional. Apabila pembangunan nasional digambarkan sebagai suatu titik, maka titik pusat dari lingkaran tersebut adalah pembangunan pedesaan.
II. Permasalahan Pokok Pembangunan Pedesaan
Menyadari betapa pentingnya pembangunan pedesaan dalam konteks pembangunan nasional, mengharuskan perlunya perhatian istimewa diberikan untuk pembangunan desa. Meskipun begitu, pembangunan pedesaan tidak dapat dipacu seirama dengan laju pembangunan di sektor-sektor lain. Kalau laju pembangunan di bidang-bidang lain dapat berjalan cepat, bahkan sudah "lari-lari anjing", maka pembangunan pedesaan masih "merangkak" tak ubahnya orang sakit encok yang baru mulai latihan berjalan.
Tersendat-sendatnya pembangunan pedesaan antara lain disebabkan oleh tiga permasalahan pokok, yaitu :
1. Potensi sumber-sumber alam belum dikelola secara optimal
2. Mutu tenaga kerja rendah
3. Sikap manusia dan fungsi kelembagaan di pedesaan belum sejalan dengan gerak pembangunan
Kalau ketiga permasalahan pokok tersebut diperas, maka permasalahan pokok-tunggal dalam pembangunan desa terletak pada faktor manusianya. Masalah kedua dan ketiga jelas merupakan masalah peningkatan mutu manusia. Sedangkan permasalahan pertama adalah sebagai akibat dari permasalahan kedua dan ketiga.
III. Membangun Manusia Pedesaan
Dengan demikian, maka sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah "membangun manusia pedesaan" itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hakikat pembangunan nasional, yakni "pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia".
Seiring dengan itu, pembangunan pun menghendaki keikutsertaan dari seluruh warga negara tanpa terkecuali. Karena selama ini kita menganggap, pembangunan adalah semata-mata tugas pemerintah. Ini keliru. Sebab kalau dianalisis, peranan pemerintah dalam pembangunan manusia itni dapat dijelaskan dengan menggunakan model sederhana seperti tergambar di bawah ini.
P e m b a n g u n a n N a s i o n a l
Pembangunan Pedesaan
P e m b a n g u n a n N a s i o n a l
Dari gambar sederhana ini terlihat, bahwa pembangunan manusia merupakan titik sentral pembangunan pedesaan dan pembangunan nasional. Dalam kerangka analisis demikian, peranan pemerintah di samping mengarahkan dan mendorong pembangunan nasional-yang di dalamnya tercakup pembangunan pedesaan-, diusahakan pula agar secara langsung mampu menyentuh manusianya.
IV. Keberhasilan Pembangunan
Berdasarkan pemikiran di atas, maka partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat dalam pembangunan harus makin meluas dan merata. Untuk itu perlu diciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita pembangunan, serta terwujudnya kreativitas dan otoaktivitas di kalangan rakyat.
Jadi, kunci utama keberhasilan pembangunan sesungguhnya terletak pada para pelakunya, yaitu seluruh warga masyarakat. Karena pada dasarnya manusia Indonesia itulah yang harus mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, harus mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan dan kesatuan, harus mengusahakan perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta mengupayakan lingkungan pergaulan dunia yang penuh persahabatan dan perdamaian.
V. Dua Pertimbangan Pokok
Dalam tulisan ini, penulis hanya menyoroti keterlibatan sebagian warga negara Indonesia yang berprofesi guru, khususnya para guru di daerah pedesaan, dalam pembangunan desa.
Pemilihan "guru desa" ini dilakukan dengan dua pertimbangan pokok. Pertama, setiap warga negara Indonesia digugat untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dalam pembangunan. Kedua, para guru yang bertugas di pedesaan lebih banyak daripada yang bertugas di kota-kota, dan mereka merupakan kelompok yang berpengaruh bagi masyarakat desa, sehingga amatlah menarik untuk diangkat ke permukaan peranan yang dapat mereka mainkan dalam pembangunan desa.
VI. Guru Desa versus Guru Kota
Guna mengetahui betapa besarnya peranan yang dapat dimainkan guru desa bagi pembangunan, terlebih dulu kita harus membuat semacam komparasi antara guru desa dan guru kota. Dari sini kita bisa memperoleh gambaran tentang besar-kecilnya peranan mereka terhadap pembangunan. Sebab meskipun sama-sama berprofesi "guru", tetapi peran dan peranan yang dapat dilakoni oleh keduanya tidaklah serupa. Perbedaan ini di antaranya ditandai oleh status kedinasan, status sosial, dan kondisi ekonominya.
(1) Status Kedinasan
Para guru di pedesaan sebagian terbesar berdinas di SD, dan sedikit saja yang bekerja di SMP atau SMA. Keadaan ini antara lain ditimbulkan oleh adanya SD-SD Inpres yang merambah ke segenap pelosok tanah air, di sepanjang pesisir pantai hingga ke puncak-puncak bukit pegunungan. Sedangkan pendirian SMP biasanya berlokasi di ibukota kecamatan dan kehadiran SMA umumnya di tingkat ibukota kewedanaan. Wajarlah, andaikan jumlah guru SD yang bertuga di pedesaan jauh melampaui guru SMP dan SMA, sehingga guru desa acapkali dikonotasikan sebagai guru SD.
Di daerah perkotaan, para guru merata menyebar dari mulai SD hingga SMA. Heterogenitas dinas guru kota ini mengakibatkan tidak adanya konotasi seragam untuk menyebutkan siapakah guru kota itu. Yang dimaksud dengan guru kota itu, ya guru SD, guru SMP, dan guru SMA (termasuk MA/SMK). Dari sudut kepegawaian, guru desa umumnya berstatus pegawai negeri sedangkan guru kota beranekaragam, ada yang berstatus pegawai negeri dan ada pula yang bukan pegawai negeri.
(2) Status Sosial
Berlainan dengan rekannya sesama guru yang bertugas di kota, guru desa mempunyai status yang relatif "istimewa" dalam lingkungan masyarakatnya, masyarakat desa. Sebab kedudukan guru desa menempati strata sosial yang setara dengan tokoh-tokoh formal dan informal yang berada di desa. Guru merupakan kelompok intelektual pada masyarakat desa. Sehingga tidaklah mengherankan bila lembaga kemasyarakatan di tingkat desa sampai dengan organisasi politik, banyak dipimpin dan digerakkan oleh para guru. Bahkan pada desa-desa yang terisolasi dan terpencil jauh dari jalan raya atau daerah-daerah sekitarnya, guru itu benar-benar "digugu" dan "ditiru", gurulah nara sumber utama bagi masyarakat desa tersebut.
Tak berlebihan kiranya jika keadaan seperti itu tidak diperoleh rekan-rekannya yang bertugas di daerah perkotaan. Meskipun guru kota merupakan kelompok intelektual juga di masyarakatnya, namun kedudukan mereka sebagai anggota kelompok ini di kota, terlebih lagi di kota-kota besar, tidaklah kentara atau samar-samar. Karena kedudukan intelektual kota lazimnya diraih oleh para mahasiswa, sarjana, atau kaum cerdik cendekia lainnya yang non-guru seperti budayawan, politisi, birokrat, dan sebagainya. Sehingga boleh jadi guru kota bisa terlihat menonjol statusnya di tingkat RT atau RW belaka.
(3) Kondisi Ekonomi
Oleh karena guru desa itu kebanyakan guru SD, sedangkan guru kota itu bervariasi antara guru SD, SLTP, dan SLTA serta kalau diambil rata-rata penghasilan mereka per bulan, maka tentu saja pendapatan guru kota cenderung akan lebih besar daripada guru desa. Akan tetapi, bila dikaitkan dengan kondisi riil sehari-hari, ternyata biaya kebutuhan hidup di kota relatif lebih tinggi daripada di desa. Maka besarnya jumlah penghasilan seorang guru kota itu tidaklah berarti banyak dalam menopang kehidupan ekonominya, yakni dikaitkan dengan kebutuhan hidup yang bertubi-tubi datangnya. Kondisi seperti inilah antara lainnya mendorong beberapa orang guru untuk mencari penghasilan tambahan di luar kegiatan mengajarnya. Walaupun mereka sudah memperoleh tambahan penghasilan, namun kondisi ekonomi mereka tetap saja bukan yang paling baik dibandingkan dengan warga masyarakat lainnya. Rasa-rasanya belum pernah terdengar berita, mayoritas penghuni perumahan mewah/real estate atau kawasan elite suatu kota ditinggali oleh para guru. Paling banter mereka cuma bermukim di rumah-rumah Perumnas/BTN atau bukan di kawasan elite suatu kota.
Agaknya nasib guru desa masih mendingan dibandingkan dengan guru kota. Kendatipun penghasilan mereka tidak lebih besar daripada guru kota bahkan cenderung lebih kecil, tetapi "alam" pedesaan masih bersikap "ramah" terhadap mereka. Sebab alam pedesaan masih mencerminkan suasana kehidupan yang cenderung bersahaja. Kalaupun terdapat gaya hidup konsumerisme, ini akibat pengaruh dari luar desa dan biasanya datang dari kota. Andaikan para guru yang bertugas di desa mau menyelaraskan gaya hidupnya dengan masyarakat desa lainnya, niscaya penghasilannya selama sebulan itu akan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apalagi bila mereka mau bertani, bercocok tanam atau beternak seperti kebanyakan warga desa lainnya, maka pendapatannya sebagai guru bisa mereka tabung untuk menyongsong hari tua. Dengan menyimak kondisi ekonomi guru desa tadi, tidaklah mustahil kalau kehidupan mereka ternyata dapat lebih baik daripada warga desa umumnya.
Dari uraian di muka, dapatlah ditarik kesimpulan, guru desa cenderung memiliki status sosial dan kondisi ekonomi yang lebih baik daripada guru kota. Adanya kehidupan yang lebih baik daripada masyarakat desa umumnya, ditambah status "keguruannya" itu menjadikan status guru desa terasa menonjol pada masyarakatnya, masyarakat desa. Dan ini merupakan "modal" yang cukup berharga bagi guru desa, yakni dikaitkan dengan peranannya dalam pembangunan desa.
VII. Peranan Guru Desa
Setiap individu yang berperanserta dalam pembangunan desa dituntut untuk dapat berperan sebagai komunikator, motivator, pelopor, dan dinamisator masyarakat desa. Demikian pula guru desa, ia pun dituntut untuk dapat berperan seperti itu.
Pada guru, paling tidak, terdapat dua potensi : internal dan eksternal. Potensi internal ini meliputi minat, bakat, dan kemampuan guru desa untuk berkiprah dalam pembangunan desa. Potensi eksternal mencakup status kedinasan, status sosial, dan kondisi ekonomi guru desa yang "khas".
Peranan yang diharapkan dapat dimainkan guru desa untuk pembangunan desa ialah sebagaimana dielaborasi di bawah ini.
(1) Komunikator
Guru desa merupakan komunikator yang menyampaikan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat desa (=komunikan). Media yang dapat digunakan olehnya dapat berupa saresehan, rapat minggon, penyuluhan terpadu, atau sambung rasa. Tentu saja para guru tidak melupakan misi utamanya sebagai pendidik.
(2) Motivator
Sebagai motivator, guru desa sesudah mengetahui kesulitan-kesulitan dan permasalahan yang terdapat pada masyarakat desa, berupaya memberikan dorongan penggugah semangat kepada warga desa supaya bisa mengatasi kesulitan-kesulitan dan permasalahan yang muncul dalam proses pembangunan. Caranya ialah melalui komunikasi langsung, tatap muka, antarpribadi. Cara ini terbukti paling efektif, karena terdapat kontak kejiwaan yang pengaruhnya besar sekali bagi warga desa. Mereka merasa diperhatikan oleh "orang-orang intelek" dan mereka bangga kerenanya. Kebanggaan itu diharapkan dapat memacu kegiatan pembangunan yang mereka kerjakan.
(3) Pelopor
Melalui perannya ini, guru desa, mau tidak mau, harus menghasilkan sesuatu bagi masyarakat desa. "Sesuatu" itu bermanfaat untuk mereka. Bisa meneladani warga desa dengan perilaku modern (yaitu : yang menghargai waktu, berpikir sistematis, berpandangan ke masa depan, menghargai prestasi kerja, bersikap toleran, dan sebagainya), bisa pula selalu menjadi "ujung tombak" berbagai kegiatan pembangunan yang ada di desa. Kepeloporan guru desa dalam pembangunan ini akan sangat menunjang pelbagai aktivitas pembangunan yang dilaksanakan masyarakat desa. Bukankah guru itu "digugu" dan "ditiru"?
(4) Dinamisator
Peranan guru sebagai dinamisator pembangunan desa mengharuskan ia untuk mampu meredam dan mendinamiskan gejolak-gejolak sosial yang muncul di desa, sebagai ekses pembangunan. Tentu saja peranan ini dilakukannya bersama-sama dengan aparat pemerintah setempat. Hal ini memerlukan kematangan jiwa dan kedewasaan pribadi guru desa. Tantangan ini justru menggugat peran aktif guru desa.
VIII. Penutup
Sudah barang tentu keempat peranan di atas tidak ada yang sempurna yang dimainkan guru desa secara serentak. Boleh jadi ada yang menguasai satu atau dua peranan saja, mungkin ada pula yang lebih. Hal ini tidaklah menjadi suatu persoalan benar.
Yang menjadi masalah ialah, sudahkah guru desa memerankah salah satu dari keempat peranan tadi secara nyata dan sungguh-sungguh demi kemajuan masyarakat desa lewat pembangunan desanya? Jawabannya tentulah berpulang kepada diri pribadi guru masing-masing.
Agaknya kontribusi guru bagi pembangunan desa tidaklah kecil. Ia tergantung dan teramat bergantung kepada kemauan dan kesediaan guru desa guna menerjunkan dirinya ddi tengah-tengah kancah pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan di seluruh pelosok wilayah tanah air kita. Adanya mina, bakat, kemampuan, kerelaan untuk berkorban, dan mengabdi serta dibarengi dengan kesabaran dari para guru adalah kunci keberhasilan partisipasi mereka dalam pembangunan desa.
Memilukan Nasib Mantan Guru Kontrak NAD
Dapat dibayangkan, sembilan bulan bekerja tanpa digaji. Padahal sebagian besar dari mereka telah berkeluarga dan memiliki anak. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan untuk bisa berangkat ke tempat tugas setiap hari, para mantan guru kontrak ini harus berutang kepada saudara, teman dan kerabat dekat. Namun yang namanya pinjaman tentu saja bukan tanpa batas.
Persoalan ini kemungkinan tidak diketahui oleh pihak Jakarta (BKN) yang memproses SK PNS. Pasalnya guru kontrak pusat (guru bantu) yang dibiayai oleh APBN yang juga lulus test CPNS masih menerima gaji hingga bulan September 2006. Artinya gaji mereka baru tiga bulan dihentikan, tenggang waktu yang masih tergolong toleran untuk rapel pembayaran gaji pegawai honorer di negeri ini.
Kini Ujian Nasional sudah di depan mata, diantara mantan guru kontrak ini ada yang mengajar mata pelajaran yang diUNkan. Dapat dibayangkan bagaimana mereka bisa berkonsentrasi mengajar kalau mereka harus memikirkan dimana harus mencari uang untuk menghidupi anak dan isteri. Dan bagaimana jadinya kalau seorang guru yang mengajar tubuhnya ada di dalam kelas sementara hatinya ada entah dimana.
Persoalan ini sebenarnya telah berkali-kali muncul ke permukaan melalui berita di koran. Namun hingga kini kelihatannya belum ada pihak yang tertarik untuk memikirkan jalan keluarnya padahal ada yang punya kekuasaan untuk itu.
Guru sebagai tenaga profesional
Berbicara tentang cita-cita anak-anak di masa sekarang tentu sudah akan berbeda dengan 20 bahkan 10 tahun yang lalu, dimana lebih banyak anak yang bercita-cita menjadi dokter, pengacara, maupun pilot. Kemudian dimana anak-anak memposisikan guru? Bukankah setiap hari mereka selalu berhadapan dengan guru mereka dan berinteraksi dengan mereka?
Berbicara mengenai guru, tentu yang akan terlintas dalam benak kita adalah gaji yang sedikit serta kualitas mereka. Jika kita sering memperhatikan berita-berita yang ada di surat kabar, cerita tentang nasib guru bukanlah cerita yang menyenangkan, akan tetapi cerita yang suram dan menyedihkan. Misalnya nasib guru kontrak yang ada di wilayah-wilayah pelosok Indonesia. Hal ini tentu dapat dijadikan refleksi bagi institusi penghasil guru serta pemerintah.
Ketika kondisi pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan, dimana biaya pendidikan semakin mahal, masyarakat menuntut kualitas pengajaran yang baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Freire (2002), pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yaitu pengajar, pelajar atau anak didik, serta realitas dunia, maka kita tidak dapat menyalahkan guru semata yang mungkin dinilai tidak qualified untuk mengajar, melainkan kita juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang lain yang mendukung kondisi pendidikan kita.
Peningkatan kualitas para guru memang masih dipertanyakan sampai sekarang ini. Fenomena yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa banyak para sarjana di bidang non kependidikan mengambil alternatif program tambahan Akta IV atau program kependidikan guna mendapat sertifikat supaya dapat menjadi guru. Pada umumnya mereka mengambil alternatif Akta IV sebagai alternatif terakhir mengingat pekerjaan yang lain sangat sulit diperoleh. Bagaimana dengan kualitas mereka, benarkah mereka mampu menjadi guru sebagai tenaga profesional?
Terkadang manusia melihat suatu jenis pekerjaan berdasarkan prestigenya. Seperti menjadi dokter tentu masyakarat akan lebih menghargainya dibandingkan guru. Selain gaji yang berbeda, proses pembelajaran yang dijalani oleh calon dokter juga berbeda dengan calon guru. Sehingga sudah merupakan hal yang lumrah dimana gaji yang mereka peroleh di masa bekerjanya cukup besar yaitu seimbang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses belajar untuk menjadi dokter.
Alangkah bahagianya para guru itu jika mendapatkan reward yang hampir sama dengan dokter. Mereka tidak harus terus mengemban label "pahlawan tanpa tanda jasa" bukan? Sebaiknya institusi penghasil guru perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Memperbaiki kurikulum perkuliahan dengan menekankan pada kompetensi guru yang berkualitas; 2) Memasukkan program pembekalan lapangan dalam proses belajar-mengajar selama jangka waktu 1 tahun di sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar sebagai wahana pembentukan tenaga guru yang profesional.
Kemudian dari pemerintah diharapkan dapat melaksanakan program penempatan guru di wilayah-wilayah pelosok Indonesia yang masih banyak mnembutuhkan guru dengan memberikan gaji yang sesuai, oleh karena itu anggaran pendidikan perlu ditingkatkan. Peningkatan anggaran ini tidak hanya untuk mensejahterakan guru sebagai tenaga pengajar, melainkan juga untuk mengembangkan program-program untuk meningkatkan mutu pendidikan. Semua usaha ini jika dapat dilaksanakan secara sinergis maka sedikit demi sedikit akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang selama ini masih merupakan suatu impian masyarakat Indonesia pada umumnya.
Masa Depan Guru "Darurat"
DUNIA pendidikan nasional kita akhir-akhir ini menggunakan dua istilah penyebutan untuk guru, yaitu "guru kontrak" dan "guru bantu". Adapun guru "darurat" merupakan istilah yang saya pergunakan untuk menyatakan kedua istilah di atas. Karena persoalan kontrak-mengontrak dan bantu-membantu erat hubungannya dengan keadaan darurat, ketergesaan atau sementara waktu. Seperti halnya yang dikenal selama ini, yaitu rumah kontrak atau pembantu rumah tangga. Maka, "guru kontrak" atau "guru bantu" bisa disebut dengan "guru darurat".
Persoalan Istilah
Bila direnungi secara seksama dua istilah yang dipakai pemerintah di atas, sebenarnya mengandung makna yang kurang etis. Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena persoalan kontrak-mengontrak atau bantu-membantu yang ada hanyalah hubungan balas jasa. Sementara dunia pendidikan menuntut lebih dari itu, yaitu adanya hubungan emosional dan batin, serta terjalinnya dialetika demokratis secara sadar antara guru dan anak didik.
Istilah "guru bantu" identik dengan makna kata "pembantu" yang bisa pula berarti "orang hebat" yang kerjanya membantu. Bisa juga bermakna "orang rendahan" karena kerjanya cuma bantu-bantu (suruhan). Maka menurut pandangan saya, istilah "bantu" dipadankan setelah kata "guru" kurang tepat. Sebab istilah "bantu", apalagi "kontrak", maknanya lebih terpokus kepada "kedaruratan" atau "ketergesaaan". Seperti halnya "rumah kontrak" atau "puskesmas pembantu". Namun dalam proses pendidikan seorang guru dituntut mengajar penuh kesabaran, ketepatan, dan penuh perhitungan.
Istilah "guru honorer" yang dipergunakan selama ini, menurut pandangan saya lebih layak. Karena istilah "honorer" lebih terpokus kepada nilai pekerjaan guru itu sendiri, yang berarti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdiknas, Edisi ke-3, Balai Pustaka (2001), adalah "kehormatan". Jadi, profesi guru adalah profesi terhormat yang berhak mendapat upah, gaji, atau honor yang layak.
Pengadaan Guru "Darurat"
Pengadaan guru bantu, atau guru kontrak, terbukti berangkat dari makna dasar kata itu. Pengadaan guru bantu oleh pemerintah berangkat dari kondisi yang darurat dan suatu pilihan dari sebuah dilema. Yaitu: jika diangkat calon guru menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka gaji untuk para pegawai tidak memadai dalam anggaran pendidikan. Bila tidak diadakan pengangkatan guru, sementara sekolah yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia banyak yang membutuhkan guru. Di samping itu, ribuan calon guru masih dalam keadaan menganggur dan menanti lowongan dari pemerintah. Untuk mengatasi persoalan ini, maka pengadaan "guru bantu" dianggap jalan alternatif oleh pemerintah. Namun solusi ini sekaligus bukti bahwa pemerintah Indonesia belum bersungguh untuk memperhatikan dunia pendidikan nasional dan kesejahteraan para guru.
Ada kesan yang timbul di tengah masyarakat kita, bahwa sekolah-sekolah swasta yang diurus oleh suatu yayasan atau lembaga tertentu, banyak yang lebih profesional, maju dan menjadi favorit ketimbang sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Karena para guru swasta pengangkatannya dinilai lebih objektif, sesuai dengan kemampuannya, serta didukung dengan tunjangan hidup yang mencukupi. Tidak heran kemudian kinerja mereka lebih baik dan pendidikan yang diberikan terkesan profesional dan produktif.
Plus-minus Guru "darurat"
Bagaimanapun bentuk suatu kebijakan yang dibuat tidak akan luput dari baik-buruknya. Begitu jualah terhadap kebijakan pengadaan guru "darurat" ini. Ada beberapa nilai positif yang menjadi penilaian saya. Pertama, terbukanya kesempatan kerja bagi calon guru. Kedua, terseleksinya guru yang berkualitas. Jadi, selama kontrakan berlangsung dapat dijadikan untuk menilai mana guru-guru yang memang memiliki dedikasi dan integritas tinggi bagi kemajuan pendidikan. Hal ini dilakukan bisa dengan melihat hasil karya yang bisa diperbuat oleh guru selama kontrak berlangsung. Ketiga, tertutupinya kekurangan guru di sekolah-sekolah yang selama ini kurang.
Namun nilai negatifnya juga ada, bahkan lebih serius. Pertama, dikhawatirkan pengajaran yang diberikan tidak berkualitas dan mencapai sasaran. Dengan waktu sekitar setahun atau tiga tahun, apa yang dapat diperbuat banyak oleh guru? Bagi guru yang ditempatkan di daerah pedalaman, untuk memfokuskan diri dalam menjalani tugas tentu saja belum bisa. Karena harus berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungan masyarakatnya. Kedua, dikhawatirkan guru "darurat" mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan buat kehidupan mereka. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya jaminan masa depan yang lebih baik bagi mereka untuk diangkat menjadi PNS setelah kontrakan berakhir. Guru yang sudah sebagai PNS saja sudah begitu apalagi bagi guru "darurat". Ketiga, secara psikologis bisa saja guru "darurat" akan merasa minder terhadap guru lainnya yang merupakan PNS. Karena kebijakan pemerintah dinilai tidak adil dan diskriminatif dalam proses pengangkatan guru. Di sekolah-sekolah tempat meraka mengajar tidak jarang didapatkan guru "darurat" ini tidak memiliki meja tetap di kantor. Sehingga antara guru tetap dan guru "darurat" dalam pergaulan kurang. Ketiga, menyebabkan pengajaran yang diberikan tidak ikhlas dan apa adanya. Menjadi guru "darurat" terkesan pilihan yang terpaksa untuk menutupi malu dalam masyarakat karena sudah sarjana dan bertitel tapi masih menganggur. Ketidakikhlasan itu bisa terjadi bila pemerintah juga tidak memberikan imbalan yang sepantasnya dan tidak pula tepat waktu.
Dari beberapa plus-minus pengadaan guru "darurat" di atas, sedikit-banyaknya tentu akan memberi pengaruh baik-buruk terhadap anak didik. Dan persoalan anak didik adalah persoalan kemanusiaan. Oleh sebab itu kita berharap, adanya penangan serius dalam pengelolaan proses pendidikan di Indonesia. Bukankah selama ini, ada kesan yang timbul, bahwa dunia pendidikan seakan miliknya menteri pendidikan. Setiap menteri pendidikan berganti maka kebijakan dalam dunia pendidikan juga berganti. Dus diiringi dengan persoalan yang memusingkan masyarakat di negeri ini. Belum ada konsep yang jelas yang dapat disepakati bersama, serta berwawasan jauh ke depan, sesuai zaman, dan produktif. Diharapkan, dengan adanya perhatian serius dari pemerintah terhadap problema pendidikan di tanah air, dapat mendongkrak keterbelakangan dunia pendidikan kita selama ini. Semoga.
Pendidikan sebagai lahan untuk mengeruk keuntungan
Semangkin berkembangnya dunia pendidikan maka semangkin banyak muncul di indonesia lembaga2 pendidikan yang hanya mengejar ke untungan tanpa menyadari arti dan tujuan kita.
Mendirikan lembaga pendidikan yang tujuanya untuk ikut mencerdaskan bangsa kita yang selama ini masih memprihatinkan masalah pendidikan adapun demikian perlu kita waspadai bahwa banyak oknum2 yang dengan sengaja mengambil keuntungan dari kejadian tersebut dengan mendirikan lembaga pendidikan di indonesia tanpa memperhatikan fasilitas pendukung dunia pendidikan untuk mencapai tujuan yang memuaskan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang ada.
Oleh sebab itu kita harus sama2 waspada terhadap kejadian2 tersebut apa lagi di daerah yogyakarta yang nota bane sudah terkenal dengan predikat kota pelajar maka daerah tersebut menjadi sasaran empuk buat para oknum2 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan tersebut